Jumat, 28 Februari 2014
Nabi Sulaiman
Kisah Nabi Sulaiman as
Sulaiman Menduduki Tahta
Kerajaan Ayahnya
Sejak masih berusia muda
Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta
singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya. Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya serta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah menguasai haknya sebagai pewaris pertaman dari tahta kerajaan Bani Isra’il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya. Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya serta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah menguasai haknya sebagai pewaris pertaman dari tahta kerajaan Bani Isra’il.
Absyalum berketetapan
hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang bermati-matian untuk
merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia
korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi rancangan
pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan
kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan masalah-masalah
yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan
pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan
pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan
ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa bahwa
pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il dan bahwa ia telah
berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahawa
saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana rampasan kuasa dan mengambil alih
kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke
seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada
penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka mendengar suara bunyi
terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian
mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud ayahnya.
Nabi Daud merasa sedih
melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan
puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari
perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan. Ia mengambil
keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar
meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya menyeberang sungai Jordan
menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem,
masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki
istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada
Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar
menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat
perbuatan puteranya yang durhaka.
Setelah mengadakan
istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil
keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya dan
dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya
ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari tangan
Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan
menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari
pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai
Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya
hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah
inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat
berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri
setelah ia terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya
Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi
kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani
Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan
dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh
ayahnya.
Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman
membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya
pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San'a - ibu kota
Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari
sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud
yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada
di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah
dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang
tanpa alasan dan uzur yang nyata.
Berkata burung Hud-hud
yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan: "Aku
telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat
penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan
yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang
ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah
bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak
mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan
dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi
kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka
telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar."
Berkata Sulaiman kepada
Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu kerana berita yang engkau
bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk mengesahkan
kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam
istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat-cepatnya,
sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas
suratku ini."
Hud-hud terbang kembali
menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba dilemparkanlah surat
Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas
tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan
wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari
manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya
tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan baca
isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap
sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah
sekalian kepadaku berserah diri.”
Ratu Balqis menjawab:
"Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan
dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang
akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan
kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan
kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut
pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan menghindari
cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang secara kekerasan dan
sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk kota-kota kami,
maka nescaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sgt menyedihkan.
Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan rakyat dan
merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami. Hal yang
demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang
dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat
Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba melunakkan hatinya dengan
mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang
berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan
matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap
hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.
Tatkala perutusan Ratu
Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah
mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan
hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: "Kembalilah kamu
dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah
memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia
dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping
itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan
yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan
binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan
hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku
oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh
benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu
bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu.
Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan
bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan
akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai-
orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia
tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku."
Perutusan Balqis kembali
melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan
oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan
diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya. Nabi Sulaiman berhasrat
akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan ghaib di
samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui
rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah beliau
kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup mendatangkan tahta
Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.
Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain yang
mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku akan membawa tahta itu ke
sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia."
Menyonsong kedatangan
Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit
bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah
Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya
menundingkan kepada tahtanya: "Serupa inikah tahtamu?" Balqis
menjawab: "Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri," seraya
bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa tahtanya berada di sini
padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak
meninggalkan Saba.
Selagi Balgis berada
dalam keadaan kacau fikiran, kehairanan melihat tahta kerajaannya sudah
berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang
sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan
dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan
pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia
berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman
kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di
atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan
dinding ruangan ini.”
"Oh,Tuhanku,"
Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan
Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku telah lama tersesat
berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu, merugikan dan menzalimi
diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku
berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh.
Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Demikianlah kisah Nabi
Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara ahli tafsir dan ahli
sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya menikah dengan Balqis dan dari pernikahan itu lahirlah
seorang putera. Menurut pengakuan
maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi Sulaiman dari putera
hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam bisshawab.
Wafatnya Nabi Sulaiman
Al-Quran mengisahkan
bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali
anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan
mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya
tidak mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka
melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat
sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui
sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka
anggap sebagai seksaan yang menghinakan.
Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya
Nabi Sulaiman, namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh
sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa
yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui
dan kepada-Nya kami berserah diri.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar