Jumat, 28 Februari 2014
Cerpen
Setelah Kepergianmu
Ku selalu mengingatmu, meski ku tahu itu
menyakitkan.
Ku buka
handphone ku, tak ada lagi kamu yang selalu memenuhi inbox-ku, tak ada lagi
ucapan selamat pagi dan selamat tidur untukku. Tak ada lagi canda tawamu yang
selalu mengiriku dalam kebahagiaan, tak ada lagi leluconmu yang membuatku
tartawa. Tak ada lagi tatapan yang membuat jantungku berdebar dan menyejukkan
hati. Tak ada lagi genggaman tanganmu yang selalu membuatku kuat akan setiap
masalah yang menghampiriku. Tak ada lagi pelukanmu yang membuatku tentram dan
merasa aman dekat denganmu. Kini sekarang ada sesuatu yang hilang tak sama
seperti dulu.
Aku berharap hari-hariku bisa berjalan dengan mulus seperti
biasanya., walau tak ada kamu disampingku. Kini, aku mencoba menjalani semua
aktivitasku seperti biasa. Dan aku bisa menjalani itu semua walau hatiku terasa
kosong, hampa tanpa ada dirimu yang menemaniku setiap harinya. Tapi, aku harus
tetap tegar dengan semua ini. Setelah kepergianmu, aku menyadari betapa aku
mencintaimu. Setelah kepergianmu, kamu merampas semua cinta dan kebahagiaan
yang kupunya, melarikan ke tempat asing yang justru tak tahu dimana
keberadaannya. Siksaanmu begitu besar untukku, dan aku terlalu lemah untuk
mendapatkan cobaan ini, aku begitu lemah untuk mendapatkan goresan luka di
benakku yang semakin hari semakin bertambah.
Kini ku tersadar, bukan dia yang begitu tulus menyayangiku,
tetapi kamulah yang menyayangiku dan mencintaiku dengan tulus tanpa adanya
kebohongan. Jujur, aku menyesal setelah kamu benar-benar pergi meninggalkanku
disini bersama bayanganmu. Aku menyesal telah membuatmu kecewa, padahal aku tak
bermaksud mengecewakanmu. Aku menyesal lebih memilih dia di banding kamu yang
jelas-jelas kekasihku. Sudah jelas dia itu playboy dan sudah menyakitiku
berulang-ulang kali dengan kebohongannya dan semua janji palsunya, tapi kamu
berbeda, kamu begitu menjagaku, menyayangiku, dan aku sia-siakan begitu saja.
Mengapa aku sebodoh ini?
Aku tak
pernah membalas semua kebaikanmu padaku, dan aku tak pernah menyayangimu
seperti kamu yang selalu menyayangiku. Bahkan aku selalu melampiaskan semua
amarahku padamu, dan anehnya kamu yang meminta maaf padaku. Seringkali aku
membohongimu seringkali aku berkencan bersama dia tanpa sepengetahuan kamu, dan
itu berarti aku sedang bermain di belakangmu. Setiap kamu ingin bertemu
denganku, aku sering menolak. Tapi mengapa aku tak bisa menolak dia setiap dia
ingin bertemu denganku? Bahkan jika kamu mengajaku pulang bersama, aku tak mau
dan menolakmu. Aku lebih memilih pulang bersama teman-temanku. Aku sadar itu
semua salah, tapi mengapa aku terus mengulangnya kembali? Kamu pernah berkata
kalau aku itu egois, aku tak menerima kamu berbicara seperti itu kepadaku, dan
aku marah. Aku baru tersadar aku memang egois, benar katamu.
Dia selalu
melaksanakan apa kemauanku, tapi aku tak pernah melakukan apa yang kamu mau.
Hingga beberapa minggu kemudian kamu menjauhiku, kamu menghilang dari
kehidupanku, kamu tak mengirimku kabar sama sekali. Hal itu membuatku marah dan
aku berfikir kamu memutuskan ku secara sepihak, tanpa tahu permasalahannya apa.
Kemudian, kamu menghubungiku di hari jadianku bersama kamu. Entah mengapa aku
menjadi benci padamu, mungkin karena kamu menghilang beberapa minggu ini. Kamu
mengajaku kencan di malam minggu ini, tapi aku menolak karena kamu bukan
pacarku lagi. Aku berkata kepada kamu, lebih baik kamu pergi dari kehidupanku
jangan pernah menghubungiku lagi, cari wanita lain di luar sana yang lebih baik
dariku. Tapi nyatanya kamu malah meminta maaf padaku atas kesalahan kemarin
telah menjauhiku. Kamu bilang kamu hanya ingin mengetesku. Tapi ini bukan cara
yang benar. Aku tak bisa memaafkanmu, aku tak akan memberikanmu kesempatan
lagi. Dan itu artinya sekarang kamu dan aku hanya sebatas teman biasa. Padahal
sebenarnya aku benci dengan perpisahan ini.
Entah mengapa jika aku mengingat itu semua, beribu-ribu
penyesalan selalu menghampiriku. Apakah kamu terluka karena ku?
Kita itu
seperti saling menyakiti, seperti saling mendendam tanpa tahu apa permasalahan
yang sebenarnya.
Aku
menangis sejadi-jadinya di dalam heningnya malam, atas dasar bahwa aku memang
benar mencintaimu. Aku merasa kehilangan sosok pahlawanku. Sementara aku selalu
melihatmu dekat dengan wanita lain, dan mengapa wanita itu harus temanku
sendiri? Kamu tak pernah tahu bahwa aku di sini menangis melihatmu bersamanya,
aku cemburu..
Aku marah
pada diriku sendiri, mengapa aku sulit untuk melupakanmu? Sedangkan kamu disana
dengan mudahnya melupakanku.Tuhan..sungguh ini tak adil bagiku. Ingin rasanya
aku hilang ingatan, agar aku tak mengenalimu dan kenangan dulu bisa terhapus di
dalam memori otakku. Itulah jalan satu-satunya untuk saat ini. Hari berganti
hari, aku terus menjalani hidupku tanpa dirimu. Dan aku merasa semakin hari aku
selalu menyesali kesalahanku padamu. Apakah kamu disana sudah mendapatkan
pengganti diriku? Aku harap kamu masih mengharapkanku, karena ku disini selalu
mengharapkan kehadiranmu dihidupku lagi. Apakah kamu disana selalu
memikirkanku?seperti aku yang selalu memikirkanmu. Aku hanya ingin tahu isi
hatimu saat ini. Apa kamu tak pernah berpikir tentang isi hatiku saat ini? yang
semakin hari semakin mendung karena tak ada lagi yang menyinari hatiku.
Di dalam
mimpiku kamu selalu ada untukku, dan kamu milikku. Tapi ternyata, di dalam
kehidupan nyata, kau hanyalah mimpi untukku dan aku sulit menggapaimu kembali.
Tak ada hal yang mampu ku perjuangkan selain membiarkanmu pergi dan merelakanmu
untuk orang lain yang pantas menapatkanmu. Aku berusaha menikmati kesedihanku,
kesakitanku hingga ku terbiasa akan semua hal itu. Aku selalu meneteskan air
mata untukmu, padahal setiap butiran air mata yang jatuh itu semakin aku
merindukanmu dan sulit untuk melupakanmu. Kini aku merasa jatuh cinta padamu
yang bukan milikku lagi.
Tapi aku
punya Tuhan, punya keluarga dan sahabat, yang selalu ada untukku. Aku percaya
Tuhan..Tuhan pasti sedang menguji kesabaranku saat ini, dan pasti ada jalan
keluar di balik ini semua. Mungkin di mataku kamu yang terbaik untukku, tapi
belum tentu kata Tuhan kamu yang terbaik untukku. Aku percaya dan yakin bahwa
skenario Tuhan adalah yang paling indah.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar